Vetiver atau akar wangi terhitung dalam barisan tanaman yang lakukan lajur fotosintesis khusus, seperti; jagung, sorgum, dan tebu. Tanaman itu memakai lajur fotosintesis yang diberi nama c4 yang menggunakan oksigen secara lebih efisien.
jatuh, terkecuali bila mereka jatuh pada tempat dengan keadaan optimum. Biji vetiver benar-benar peka pada factor lingkungan, oleh karenanya, mereka bisa kehilangan viabilitasnya secara mudah bila terkena kekeringan, angin, dan cahaya matahari yang jelas, walau cuman dalam masa
C4 yakni memakai CO2
lebih efektif
yang cepat.
dibanding dengan tanaman yang lakukan
lajur fotosintesis normal (C3 atau Transisi Calvin). Mayoritas tanaman C4 mengkonversi CO2 jadi gula dengan memakai semakin sedikit air untuk menolong mereka bertahan di dalam keadaan kekeringan. Disamping itu, tanaman C4 tumbuh dan mengikat CO2 dengan cepat sekali, bahkan juga saat stomatanya tertutup beberapa.
Tanaman vetiver tidak peka pada fotoperioda dan berbunga selama setahun saat temperatur lingkungan memungkinkannya. Tanaman vetiver terbaik ditaruh pada beberapa tempat dengan sinar matahari terbuka dan tidak tumbuh secara mudah bila ada pada tempat- lokasi yang teduh. Tetapi, bila sudah tumbuh, vetiver bisa bertahan hidup pada tempat teduh sepanjang beberapa dasawarsa. Sebagai contoh, vetiver bisa tumbuh dan mentolerir kegelapan di bawah tanaman karet dan hutas tropis (National Research Council, 1993).
Fisiologi rumput vetiver disaksikan proses dari metabolisme, hingga tanaman dapat terus hidup. Karakter fisiologis rumput vetiver tesebut mencakup:
1) Biji vetiver.
Pada suatu study mengenai tingkatan perubahan vetiver, sejak perbungaan sampai tahapan bunga kecil (floret) dan biji, dijumpai jika pada keadaan maksimal, biji bisa berkecambah tetapi mempunyai vitalitas yang cepat. Pada keadaan normal, disartikulasi biji dewasa turun dan biji cuman bisa berkecambah pada keadaan yang tepat. Biji-biji vetiver benar-benar peka pada beberapa faktor lingkungan, karena itu keberlangsungan hidup (viabilitas) biji vetiver bisa lenyap secara mudah. Oleh karenanya, distribusi vetiver yang cepat dan risikonya tumbuh jadi gulma tak perlu dicemaskan.
Karena viabilitas biji vetiver yang rendah, karena itu prosentase perkecambahannya juga rendah. Biji warna kecoklat-coklatan, berupa kerucut, lembut, dan bulat; mempunyai lebar 1,5 mm dan panjang 2,5-3 mm. Pada keadaan alami, biji dewasa melekat pada perbungaan, dan jatuh (lepas) secara perlahan-lahan). Mayoritas biji itu kehilangan viabilitasnya sesudah
2) Bunga vetiver.
Vetiver mempunyai lurus perbungaan yang lempeng, dengan sumbu khusus dengan bulu dan lumayan panjang. Panjang perbungaan dan sumbu khusus vetiver sekitaran 20-30 (maksimal 40) cm, lebar 15 cm, warna ungu atau violet, yang biasanya diketemukan pada vetiver Thailand.
3) Spikelet.
Spikelet vetiver berupa kerucut, oblong, ovate, dengan apeks berupa cuneate; mempunyai lebar 1,5-2,5 mm dan panjang 2,5-3 mm. Permukaan atasnya kasar berspinule (spinulose), khususnya di bagian pinggir yang secara jelas bisa disaksikan memakai lensa tangan (kaca pembesar), dan permukaan bawahnya lembut (ORDPB 1995).
ah itu dia pembahasan mengena Sifat Fisiologis Rumput Vetiver, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kita semua, mohon maaf apabila ada kesalah dalam penulisan.
