Karakter Genetik Rumput Vetiver

Dalam analitis DNA sidik jemari (DNA fingerprint) keberagaman genetik vetiver atau akar wangi, dijumpai jika cuman Vetiveria zizanioides, genotip ‘Sunshine’, yang dijadikan sumber plasma nutfah dalam hampir semua pelestarian tanah dan air di luar Asia Selatan. Meski begitu, analitis PRPA mengutarakan jika beberapa aksesi non-fertil lain sebagai genotip yang lain. Keseragaman plasma nutfah kurangi rentannya keseragaman genetik vetiver; yang sekarang ini sebagai salah satunya sumber tanaman monokultur penting, baik secara ekonomi atau lingkungan, yang terbagi di wilayah tropis. Analitis kultivar dan putatif Vetiveria nemoralis dari Thailand memperlihatkan jika spesies itu sebagai takson yang lain (Adams, 2000).

Data sitologi mainkan peran yang perlu dalam pahami filogeni dan menolongklasifikasi taksa tumbuhan. Vetiver memiliki adaptasi- penyesuaian khusus yang memungkinkannya tumbuh pada beragam jenis komunitas. Sebagai hasil hibridisasi, banyak beberapa jenis intermediet yang ada di alam. Macam jumlah kromosom pada setiap pribadi sering terjadi pada barisan Poaceae. Study berkenaan jumlah kromosom memperlihatkan jika Vetiveria spp. mempunyai jumlah dasar, x=10, dan 2n=20 (2x) dan 40 (4x) (Namwongprom et al., 2000). Vetiveria filipes, yang disebut salah satunya spesies dari Australia, menjadi satu diantara perhatian khusus di bagian botani karena mempunyai morfologi

intermediet di antara vetiver dan serai. Sebuah aksesi dijumpai mempunyai jumlah kromosom 2n sejumlah 40 (4x), 2x jumlah kromosom 2n yang biasanya diketemukan pada genus ini.

Salah satunya keuntungan paling besar vetiver ialah sanggup masih tetap ada pada tempat di mana tumbuhan itu ditanamkan. Oleh karenanya, vetiver tidak mencelakakan dan jarang-jarang menebar ke tempat tetangga.

Biji vetiver sering diketemukan pada tanamannya. Pemicu mengapa vetiver tidak berhasil menghasilkan banyak benih/bibit belum juga dijumpai. Kemungkinan vetiver steril. Periset yang mengecek kesuburan spikelet dan serbuk sari dari 75 klon vetiver yang dari beberapa lokasi yang lain secara geografis di India mendapati jika 5 klon tidak berhasil berbunga. Pada 70 klon yang lain, sterilisitas betina (pistil) sekitar antara 30 sampai 100%, dan sterilisitas jantan (serbuk sari) sekitar di antara 2 sampai 100%. Beberapa klon, khususnya yang dari India Selatan, cuman bisa diperkembangbiakkan lewat sistem vegetatif karena klon-klon itu benar-benar tidak hasilkan biji lewat polinasi normal atau bikinan, walau mempunyai tingkat kesuburan serbuk sari yang tinggi. Data ini didapat pada keadaan New Delhi. Walau subur, keadaan optimum untuk perkecambahan jarang-jarang sekali dijumpai. Atau mungkin saja beberapa orang belum cari dengan lebih bagus!

Pada beberapa kondisi tertentu, beberapa biji bisa berkecambah. Beberapa kondisi itu biasanya diketemukan di rawa-rawa tropis. Pada wilayah itu, pada keadaan yang panas dan lembab, benih-benih vetiver tumbuh dengan subur disekitaran tanaman induknya (National Research Council 1993).

nah itu dia pembahasan mengena Karakter Genetik Rumput Vetiver, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kita semua, mohon maaf apabila ada kesalah dalam penulisan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *